Langsung ke konten utama

Makalah KALIMAT EFEKTIF


MAKALAH
KALIMAT EFEKTIF
(Makalah Disusun untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Bahasa Indonesia)

Dosen Pengampu:
Silvia Ratna Juwita, M.Pd.



Disusun oleh:
Aprian Rully Prasetya                  (20191002044)
Jason Jonathan                              (20191002021)
Jovankha Cornelia Effendi           (20191002003)
Lidia Paskhasia                             (20190302111)
Nur Indah Sari                              (20190302097)
Syifa Salsabilla                             (20190302055)
Tarisa Aura Novianti                    (20190302128)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KAMPUS HARAPAN INDAH BEKASI
2019



 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester studi mata kuliah Bahasa Indonesia. Ucapan terima kasih juga kami ungkapkan kepada Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Ibu Silvia Ratna Juwita, M.Pd. atas bimbingan dan masukan serta ilmu pengetahuan pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Karya tulis yang berupa makalah ini merupakan kutipan-kutipan dari berbagai macam sumber dan referensi yang dianggap sesuai dengan tema yang kami angkat, yaitu tentang penggunaan Kalimat Efektif dalam Bahasa Indonesia.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang kami sajikan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Permohonan maaf kami sampaikan kiranya dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan penulis dapat memperbaikinya.


                                                                              Bekasi, 11 Oktober 2019


Penulis


           
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI..............................................................................................
.........iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2   Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat Efektif................................................................ 3
2.2 Unsur – unsur Kalimat....................................................................... 4
2.2 Ciri – ciri Kalimat Efektif.................................................................. 10
2.4 Syarat – syarat Kalimat Efektif......................................................... 11
2.5 Tujuan Manfaat Kalimat Efektif....................................................... 16
BAB III : PENUTUP
   3.1 Kesimpulan........................................................................................ 18
3.2 Saran.................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19





BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat. Dalam bahasa terdapat ide, gagasan, pikiran, dan perasaan yang mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis atau pembicara, bagaimana ia dapat mewakilinya secara tepat, dan mampu menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut juga kalimat efektif) akan memudahkan pemahaman orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Jika gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi pada kenyataannya, harapan itu terkadang tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat yang seharusnya ada tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

1.2.   Rumusan Masalah
 a.    Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
 b.   Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif?
 c.    Apakah yang dimaksud dengan unsur-unsur kalimat?
 d.   Apa saja syarat-syarat dari kalimat efektif?
 e.    Apa saja tujuan dan manfaat dari penggunaan kalimat efektif?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur atau penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
1.  Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.      Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3.     Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.     Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5.    Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)
6.    Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat, sehingga pendengar atau pembaca memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. (Suyanto dkk. : 2013)
7.  Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulis atau si pembicara.(Sasangka : 2016)
8.   Kalimat efektif adalah kalimat yang secara jitu atau tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis. (Utorodewo dkk. : 2011)
9.    Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili ide pembicara atau penulis dan mampu menimbulkan ide yang sama tepatnya dengan pikiran pendengar atau pembaca. (Gani dan Fitriyah : 2010)
       Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
2.2  Unsur-unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat.
1.         Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
a)        Ayahku  sedang melukis.
b)        Meja direktur besar.
c)        Yang berbaju batik dosen saya.
d)       Berjalan kaki menyehatkan badan.
e)        Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a)        Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b)        Di sini melayani obat generic.
c)        Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2.        Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut.
a)        Kuda meringkik.
b)        Ibu sedang tidur siang.
c)        Putrinya cantik jelita.
d)       Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e)        Kucingku belang tiga.
f)         Robby mahasiswa baru.
g)        Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) apa yang sedang ibu lakukan, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a)        Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b)        Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c)        Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3.        Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.
a)        Nurul menimang …
b)        Arsitek merancang …
c)        Juru masak menggoreng …
Verba transitif  menimang, merancang, dan  menggoreng  pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitif mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a)        Nenek mandi.
b)        Komputerku rusak.
c)        Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a)        Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b)        Orang itu menipu adik saya (O)
Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.
4.        Pelengkap (pel)
Pelengkap (pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini.
a)        Ketua MPR membacakan Pancasila.
S                P                  O
b)        Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
          S                           P                Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut.
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
      S                     P                  O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a)        Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b)        Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c)        Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d)       Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e)        Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5.        Keterangan (ket)
Keterangan (ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Jenis Keterangan dan Contoh Pemakaiannya
No.
    Jenis keterangan
Posisi/penghubung
Contoh pemakaian
1.
Tempat
Di
Ke
Dari
Pada
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
2.
Waktu
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
Sepanjang
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang perjalanan
3.
Alat
Dengan
Dengan pisau, dengan mobil
4.
Tujuan
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu
5.
Cara
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding
6.
Kesalingan
-
Satu sama lain
7.
Similatif
Seperti
Bagaikan
Laksana
Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit
8.
Penyebab
Karena
Sebab
Karena perempuan itu
Sebab kegagalannya
9.
Penyerta
Dengan
Bersama
Beserta
Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya
2.2  Ciri-ciri Kalimat Efektif
Ciri-ciri dari kalimat efektif adalah sebagai berikut.
a. Minimal terdiri atas unsur subjek dan predikat.
Contoh:
1)        Adik menangis
S          P
2)        Mereka sedang bermain
S                   P
b. Tidak boleh hanya terdiri atas klausa bawahan.
Contoh:
1)        ketika hujan deras
2)        sambil bernyanyi
3)        karena tidak suka
c. Subjek tidak boleh didahului kata depan.
    Contoh:           
1)        Kepada hadirin harap tenang.
2)        Bagi para siswa harap menyelesaikan semua tugas dengan tepat waktu.
Kedua kalimat tersebut tidak efektif karena subjek menggunakan kata depan.
d. Hemat dalam pilihan kata.
e. Paralelisme
f. Menggunakan pilihan kata yang tepat.
g. Logis atau dapat diterima akal.
2.4  Syarat-syarat Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut.
1.   Ketatabahasaan
Syarat ketatabahasaan merupakan faktor penting dan mendasar dalam kalimat efektif. Salah satu contoh ketidakefektifan kalimat karena tidak sesuai dengan aturan tata bahasa adalah adanya pemakaian –kan  dan –i yang salah.
Contoh :
a)        Dosen menugaskan kami membuat makalah
b)        Ayah mewarisi sebidang tanah untuk saya.
Jika dikaitkan dengan ciri pertama dari kalimat efektif, kedua contoh kalimat tersebut kurang efektif. Ada pun perbaikannya adalah sebagai berikut.
a)        Dosen menugasi kami membuat makalah.
b)        Ayah mewariskan sebidang tanah untuk saya.
Pada beberapa kata dasar tertentu seperti kata tugas, penambahan akhiran -kan menuntut objek yang diam, sedangkan penambahan akhiran -i mengharuskan adanya objek yang bergerak. Perlu diingat bahwa penggunaan imbuhan tersebut hanya untuk beberapa kata dasar tertentu.
2.   Kesatuan Gagasan atau Kesepadanan
Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Contoh:
a)        Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Salah)
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, ,dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
a)        Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
3.   Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Hal ini disebabkan setiap unsur dalam kalimat hendaknya tidak ada yang tidak bermanfaat. Namun, Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Contoh:
a)        Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
Kalimat tersebut tidak hemat kata-kata. Ada pun perbaikannya adalah sebagai berikut.
a)        Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
Penghematan dalam membuat kalimat dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1)        Menghilangkan pengulangan subjek atau penggunaan subjek ganda.
Perhatikan contoh berikut.
a)   Karena ia tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu.
b)   Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
a)   Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b)   Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2)        Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh berikut.
a)   Ia memakai baju warna merah.
b)   Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a)   Ia memakai baju merah.
b)   Di mana engkau menangkap pipit itu?
3)        Menghindarkan sinonim dalam satu kalimat.
Contoh:
                                         i.   Sejak dari pagi hingga sore anak itu terus menunggu ibunya pulang (Kurang hemat)
                                       ii.   Sejak pagi hingga sore anak itu terus menunggu ibunya pulang (Lebih hemat)
4)        Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh 1:
                                            i.   Para tamu-tamu sudah berdatangan. (Salah)
                                          ii.   Para tamu sudah berdatangan. (Benar)
                                        iii.   Tamu-tamu sudah berdatangan.(Benar)
Contoh 2:
                                            i.      Bapak-bapak, ibu-ibu, para hadirin sekalian yang kami hormati. (Salah)
                                          ii.      Hadirin yang kami hormati. (Benar)
4.   Keparalelan atau Kesejajaran
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan atau kesejajaran bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, maka unsur lain juga menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Sebagai contoh, apabila bentuk pertama menggunakan kata kerja, maka bentuk-bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Begitu pula seharusnya untuk kata lain.
Contoh:
a)        Mencegah lebih baik daripada pengobatan.
b)        Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran pada dua bentuk kata, yaitu mencegah dan pengobatan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu, menjadi:
a)        Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi:
b)       Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
5.   Kecermatan atau Ketepatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambigu), sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti.
Perhatikan kalimat berikut.
a)        Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b)        Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi?
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uangnya, dua puluh lembar lima-ribuan (seratus ribu rupiah) atau dua puluh lima seribuan (dia puluh lima ribu rupiah).
6.   Kepaduan atau Koherensi
Kepaduan dalam kalimat adalah hubungan timbal balik yang jelas antara unsur-unsurnya sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Contoh:
a)        Hidup jangan mengharapkan akan belas kasihan orang lain.
b)        Surat itu saya sudah terima kemarin. 
Kedua contoh kalimat tersebut tidak efektif karena pada tiap-tiap kalimatnya tidak terdapat kepaduan atau koherensi, Ada pun perbaikannya adalah sebagai berikut.
a)        Hidup jangan mengharapkan belas kasihan orang lain.
b)        Surat itu sudah saya terima kemarin.
7.   Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh            :
a)        Waktu dan tempat kami persilakan.
b)        Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Kedua contoh kalimat tersebut tidak efektif karena pada tiap-tiap kalimatnya tidak mengandung unsur kelogisan. Pada kalimat (a) siapakah yang dipersilakan? Apakah waktu dan tempat yang dipersilakan? Pada kalimat (b) apakah waktu dapat dipersingkat? Ada pun perbaikannya adalah sebagai berikut.
a)        Bapak Rektor, kami persilakan.
b)        Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini. 
2.5  Tujuan dan Manfaat Kalimat Efektif
Tujuan penggunaan kalimat efektif ialah sebagai berikut.
a.         Menyampaikan gagasan, informasi, perasaan dari penulis kepada si pembaca agar tidak terjadinya kesalahan.
b.        Mempermudah pembaca atau pendengar dalam memahami makna yang disampaikan oleh si penulis atau si pembicara.
c.         Susunan dalam tata kepenulisan bisa dibuat dengan rapi, tidak bertele – tele atau menggunakan bahasa yang berlebihan.
Manfaat dari penggunaan kalimat efektif dalam berbagai jenis kalimat:
1.    Kalimat Formal
Pada susunan kalimat formal biasanya menggunakan susunan kalimat efektif yang ditulis menggunakan bahasa Indonesia baku atau resmi. Teks seperti ini biasanya terdapat pada susunan surat resmi atau surat yang diberikan kepada atasan di sebuah perusahaan atau lembaga.
2.        Kalimat Argumentasi
Argumentasi atau opini yang berasal dari buah pemikiran seseorang harus disusun secara efektif karena tujuan utamanya adalah menyampaikan ide tersebut kepada banyak orang. Jika susunan kalimat argumentasi tidak dibuat efektif, maka opini (mungkin) tidak bisa diterima dengan baik karena tidak bisa memberikan pemahaman yang tepat.
3.        Kalimat Penyampaian Gagasan atau Ide
Kalimat jenis ini hampir mirip dengan kalimat argumentasi, hanya saja ide bukan sekedar sebuah opini, dan terkadang ide tersebut berupa wawasan, pengetahuan, atau informasi yang ingin disampaikan penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar.
4.        Kalimat pada Teks Pidato
Susunan teks pidato yang baik dan tepat ditulis menggunakan bahasa yang lebih informatif dan interaktif, serta disusun dengan menggunakan kalimat efektif agar para pendengar dapat menyimak, dan memahami pesan yang disampaikan dalam pidato tersebut.
5.        Kalimat pada Teks Ilmiah
Ada berbagai macam teks ilmiah dalam dunia kepenulisan, seperti esai, jurnal, makalah, artikel ilmiah, laporan penelitian, dll. Teks tersebut pastinya harus ditulis dan disusun dengan rapi dan disusun dengan menggunakan kalimat efektif.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat yang utuh dan efektif. Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket).
 Kalimat efektif memiliki syarat-syarat yang meliputi ketatabahasaan, kesatuan atau kesepadanan, kehematan, keparalelan atau kesejajaran, kecermatan atau ketepatan, kepaduan atau koherensi, dan kelogisan.
Penggunaan kalimat efektif memiliki tujuan dan manfaat yaitu agar gagasan, informasi, maupun perasaan dari penulis atau pembicara tidak bertele – tele ataupun menggunakan bahasa yang berlebihan, sehingga dapat dengan mudah dipahami, dan tersampaikan dengan baik maknanya.
3.2  Saran
Saran yang bisa kami sampaikan yaitu kalimat efektif harus memenuhi syarat yang ada, agar kalimat tersebut secara tepat mewakili gagasan pembicara atau penulisnya, menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya.



DAFTAR PUSTAKA
Juwita, Silvia Ratna, dkk. (2019). Bahasa Indonesia.  Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Amin, Soleh, dkk. (2015). Erlangga Fokus UN SMP/MTs 2016. Jakarta : Erlangga.
Indonesia, Forum Tentor. (2018). THE KING BEDAH KISI – KISI SBMPTN SAINTEK 2019. Yogyakarta : Forum Edukasi.
Khoirunnisa, Adinda, dkk. (2016). “Makalah Bahasa Indonesia : Kalimat Efektif” dalam https://www.academia.edu/30700260/MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_KALIMAT_EFEKTIF_?auto=download; diunduh pada 10 Oktober 2019; 11.10 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemitraan Lembaga Keuangan Penanam Modal / Investasi Dan Build Operates Transfer (BOT)

  PENGERTIAN DAN TUJUAN KEMITRAAN Kemitraan usaha adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Kemitraan usaha baik dalam skala usaha kecil maupun besar pada akhirnya tidak hanya sekedar memberi keuntungan pada pihak yang bermitra, tetapi pula akan berdampak pada pihak-pihak lain atau masyarakat secara umum. Oleh karena itu, Tujuan dari Kemitraan ialah. 1.     Meningkatkan pendapatan usaha dan masyarakat 2.     Mendukung efisiensi ekonomi 3.      Memperkuat kemampuan bersaing 4.     Menghindari persaingan yang tidak sehat dan saling mematikan 5.     Menghindari monopoli yang dapat menyebabkan distorsi dalam pasar 6.   Membangun tata dunia usaha yang kuat dengan tulang punggung usaha yang tangguh dan saling mendukung melalui ikatan Kerjasama. Tujuan tersebut tentu saja dapat terus berjalan jika kedua belah

Sumber-sumber Ide Bisnis

Sumber ide yang dapat digunakan sebagai referensi amat sangat banyak disekitar kita. Sumber ide bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Baik itu dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Berikut contoh-contoh sumber ide bisnis: 1. Sumber Ide dari Pekerjaan Suatu pekerjaan yang pernah anda tekuni pada waktu yang lalu dapat dijadikan sebagai salah satu sumber ide. Dengan menggali apa yang sudah anda lakukan dalam pekerjaan sebelumnya, dapat menghasilkan ide bisnis yang bagus. Anda dapat menggunakan ide bisnis tersebut untuk merancang dan mengkonsep usaha apa yang akan anda mulai. Misalkan jika anda pernah bekerja disebuah restoran. Maka secara tidak langsung anda sudah belajar dan mendapatkan kemampuan dalam dunia usaha kuliner. 2. Sumber Ide dari Kemampuan Kemampuan yang anda miliki bisa anda dapatkan dari hasil belajar. Proses pembelajaran tidak hanya datang dari pendidikan formal seperti sekolah saja, namun juga bisa datang dari luar pendidikan non-formal se